Senin, 04 Oktober 2010

Jangan protes, diriku!

Lihatlah ia yang berdiri tak jauh darimu, apa kau mengenalnya?! bagaimana ia menurutmu?! Aku pernah mengobrol dengannya, dan aku bersumpah tak akan pernah lagi.

Lihatlah, ia bicara sendiri, tertawa sendiri, kau pasti juga menganggapnya gila, sepertiku, bukan begitu?!

Karena penasaran suatu waktu aku pernah bertanya secara wajar padanya, “Apakah anda gila?!”, ia masih saja sibuk dengan dirinya sendiri seakan tak menyadari keberadaanku, tapi apa yang bisa diharapkan dari kesadaran seorang gila, bukan?! Kupikir ia tak akan cukup sadar untuk menjawab pertanyaan sederhanaku, tapi saat aku hendak beranjak pergi, ia menjawab juga, “Aku tidak gila, aku adalah orang normal seperti kebanyakan manusia lainnya di dunia”.

Aku tak percaya dengan jawabannya, aku ragu, aku yakin, ia gila! Sikapnya yang tak biasa meyakinkanku akan itu. Ia normal, katanya?! Lalu orang gila yang seperti apa?? Tidakkah orang normal adalah mereka yang berlogika, seperti kebanyakan orang lainnya di dunia?

Namun aku tetap heran, kupikir secara normal, bagaimana seorang gila bisa cukup sadar dan mengerti untuk menjawab pertanyaanku, atau cukup sadar untuk berbohong menjawab pertanyaanku. Aku kembali bertanya sebagai orang normal secara sopan padanya, aku tak mau ia tersinggung, “Ah, kau gila. Kau pasti berbohong padaku, bila kau tidak gila mengapa bertindak seperti orang gila?! Kuperhatikan dari tadi kau bicara sendiri, tertawa sendiri, tersenyum sendiri, bahkan bernafaspun kau sendiri, kau pasti gila! atau kau hanya senang sendiri?”.

Wajahnya memerah, aku takut pertanyaanku membuatnya marah. Tapi ia tertawa dan menjawab dengan membahana, “Hahaha.. inilah yang aku cari. Sebenarnya aku hanya pura-pura gila, aku anggap saja diriku gila, agar orang-orang menganggapku gila. Jadi aku bisa berbuat sesukaku tanpa terbelenggu dengan keterbatasan mereka orang normal atas logika, dan kupikir tak akan lagi ada yang bertanya-tanya atau tak suka dengan sikapku yang tidak sama dengan mereka, toh aku hanya orang gila, siapa yang merasa perlu memprotes sikap orang gila? Eh, tapi mengapa kau masih bertanya padaku, apa kau gila bertanya dan memprotes sikap orang gila? Hahaha..”.

Sial! Aku disebutnya gila. Tak banyak bicara, saat itu aku langsung berlalu dari hadapannya dengan wajah merah padam, aku dikerjai, ia masih tertawa. Aku tak akan pernah lagi sekalipun bicara padanya.

Lihatlah, pria itu tertawa-tawa lagi, sepertinya ia puas sekali mendengar ceritaku padamu. Bila kau mau, kau bicara saja padanya, ajak ia mengobrol, siapa tau ia memang kesepian hingga sering bicara sendiri. Tapi jangan pernah sekali-sekali memprotesnya, nanti ia menyebutmu gila. Ia pernah menyebutku gila, aku tidak mau bicara sekalipun lagi padanya. Sana, mulailah, bicaralah dengan satu-satunya pria dalam cermin pembohong di hadapanmu itu. Dan kau jangan protes, diriku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar