Di dalam kepalaku ada seorang anak lelaki yang gemar menggambar. Tidak hebat, tidak pintar, hanya gemar. Tiap kali mataku merasa sesuatu, atau hatiku melihat sesuatu, anak lelaki itu mulai menggambar menggoreskan sesuatu.
Tak jarang gambarnya sulit dimengerti, atau tak sepenuh apa yang ingin ia beri. Kadang apa yang ia gambar hanya ia sendiri yang mengerti, walau kupikir ia berharap mampu membuat siapapun yang melihatnya memahami. Kadang hanya tergambar separuh, walau kupikir ia berusaha menggambar seluruh. Atau terkadang ia iseng membuat gambar yang ia sendiri tak tau apa, untuk mencari tau dari siapapun yang mau melihatnya itu apa.
Seringkali ia menggambar yang terlihat, berulangkali ia menggambar yang terasa. Untuk apa?! entahlah, mungkin agar tetap dapat terlihat dan tidak juga akan pernah terlupa.
Dalam kepalaku ada seorang anak lelaki yang gemar menggambar. Tidak hebat, tidak pintar, hanya gemar. Tiap kali ia menggambar, selalu hanya kulihat di hadapannya 26 pensil warna terjajar.
Tak jarang gambarnya sulit dimengerti, atau tak sepenuh apa yang ingin ia beri. Kadang apa yang ia gambar hanya ia sendiri yang mengerti, walau kupikir ia berharap mampu membuat siapapun yang melihatnya memahami. Kadang hanya tergambar separuh, walau kupikir ia berusaha menggambar seluruh. Atau terkadang ia iseng membuat gambar yang ia sendiri tak tau apa, untuk mencari tau dari siapapun yang mau melihatnya itu apa.
Seringkali ia menggambar yang terlihat, berulangkali ia menggambar yang terasa. Untuk apa?! entahlah, mungkin agar tetap dapat terlihat dan tidak juga akan pernah terlupa.
Dalam kepalaku ada seorang anak lelaki yang gemar menggambar. Tidak hebat, tidak pintar, hanya gemar. Tiap kali ia menggambar, selalu hanya kulihat di hadapannya 26 pensil warna terjajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar