Senin, 01 November 2010

Membayang Layang-Layang

Langit hari ini sangat siang,
biru terang bagai memar mata terantuk hilang.

Dalam sepenuh hiruk sepi ilalang,
kusimpul tulang melintang sebuah bayang-bayang,
kau kujadikan talinya.

Bayang-bayang kulayangkan,
jauh hingga tinggi yang terawan.
Ia memunggungi mataku menghadap matahari,
hanya memang bagianku untuk dibelakangi.

Sesekali kupicingkan mata untuk terlihat seluruh jelas,
atau matahari membuat danau mataku kering terperas.

Bayang-bayang kulangitkan,
aku menjadi bumi berharap merengkuh
hanya bisa merindukan.
Bayang-bayang melayarlangit tanpa sauh,
merapat labuhan tak pernah sampai di jangkauan.

Sebut aku bermain bayang-bayang,
anggap bayang-bayang bermain aku.


Bayang-bayanglah kita,
kau tak lebih sekedar tali,
lalu simpul dari setiap bayang-bayang
penuh malang kubiarkan terbang membayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar