Sabtu, 06 November 2010

Bodoh Ini Rindu

Pagi ini ada yang mengetuk pintu, setelah kubuka, ternyata rindu. Matanya abu. Sendu. Lagi-lagi ia melupakan alamat yang harus dituju. Bodoh ini rindu.

Kubekali rindu secarik kertas bertulis alamat sebelum ia kembali melangkah keluar rumah.
Sore hari ia pulang. Lelah hati. Kertas hilang. Tak sengaja terbuang, katanya.

Lalu kuberi rindu beberapa carik kertas berisi alamat, ia bisa simpan di saku celana, di dompet, di tas, di baju, di banyak tempat. Hingga bila salah satu alamat yang sama itu terbuang satu, ia tetap dapat tau tempat yang harus ia tuju.
Malam hari ia kembali. Basah kuyup. Tulisan luntur, hujan deras, katanya.

Lalu kuberi rindu sebuah handphone, ia bisa terus kuhubungi kutunjukkan arah dan kupastikan sampai di alamat.
Malam pergi, pagi ia kembali. Wajahnya pucat pasi. Handphone dicuri.

Berkali-kali kuminta rindu pergi, setiap hari, berulangkali ia hanya pulang kembali.
Rindu ini tak pernah bisa diandalkan lagi.

Ini rindu betapa bodoh. Haruskah aku antar saja dia hingga sampai di tempat?!
Namun akupun tidak ingat caranya sampai dengan alamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar