Rabu, 03 November 2010

Mungkin Surat Terindah Untukmu

Bandung, 3 November 2010



Sebelum aku lupa biar kusampaikan dulu, rindu memaksaku menyampaikan salam padamu. Salam sangat, katanya.

Baiklah, aku tau kau tak begitu mengharapkan aku bertanya akan kabarmu, dibanding itu kau lebih tertarik untuk mengetahui keadaanku, bukan?! Jadi kini aku tak akan lebih banyak bertanya akanmu setelah aku tau kau baik-baik saja.

Aku ingin kau tau, keadaanku sangat baik-baik saja. Aku sangat bahagia. Walau terkadang memang sekarang kesehatanku seringkali menjadi kendala tapi aku tak lagi sendiri menjalaninya. Seperti dulu, aku masih tak mau membuat siapapun khawatir, begitu juga orangtua, tapi sekarang sudah ada seorang wanita penggantimu dengan siapa aku dapat selalu membagi rasa. Karena dia kini aku bahagia.

Mungkin sepertimu, setiap awal hari, kini ada suara seseorang yang selalu menjadi suara pertama yang kudengar untuk sekedar membangunkanku dari tidurku. Apa kau juga seperti itu?! bila tidak, mungkin kau akan cemburu.

Dalam kesibukanku yang belum terlalu, kini ada dia yang selalu menemaniku walau tak selalu ada di sisiku. Sedikitpun aku tak pernah dibuat merasa sendiri, dan sedikitpun aku tak ingin membuat dia merasa sendiri. Sedikitpun aku tak pernah dibuat merasa tak terlalu berharga, dan sedikitpun aku tak ingin membuat dia merasa tak terlalu berharga. Apa kau juga seperti itu?! bila tidak, mungkin kau akan cemburu.

Setiap malam tiba, walau aku jarang sekali bertemu dengannya, tapi aku seringkali sekedar mengobrol lama saling berbagi cerita apa yang seharian terjadi. Memang jarang terjadi pembicaraan yang berat tapi selalu terjadi obrolan yang hangat. Tak jarang terjadi saling hantam canda dan saling balas tawa. Bila kau tidak seperti itu, mungkin kau akan juga cemburu.

Aku masih juga dalam masalah tidurku, aku masih saja sulit terlelap bila malam masih gelap. Tapi kini aku tak lagi merasa sepi, ada dia yang menemani dan seringkali mengatakan tidak akan tidur sebelum aku tertidur, walau akhirnya dia tetap selalu tertidur juga di tengah saling berbalasan pesan. Pasti setiap malam pesanku lah yang mengakhiri obrolan tanpa balasan. Ah, dia menggemaskan. Apa kau juga seperti itu?!

Begitulah hari-hariku berlalu walau aku dan dia tidak setiap hari bertemu, tapi aku bahagia. Tiap akhir minggu, kami.. ah, benar, kami, mengapa tak begitu saja aku menyebutnya sejak awal. Tak ada lagi aku, tak ada lagi dia, sekarang yang ada hanyalah kami, seperti juga kau dengannya.. Tiap akhir minggu kami bertemu, berjalan kemanapun kami mau hanya untuk melepas rindu karena beberapa hari tidak bertemu. Tidak pernah menjadi masalah kemanapun kami harus pergi, tempat bukanlah sesuatu yang ingin kami kunjungi, kami hanya ingin bertemu mata dan saling bicara jujur tentang cinta tanpa kata saat kami dipertemukan dan dapat bersama.

Sungguh sejak dia ada kini hari-hariku sangat indah, ah, bukan, hari-hari kami sangat indah. Hari-hari kami dipenuhi kata cinta dan rindu, kekanakan memang, tapi begitulah cara kami mencandai hari hingga waktu-waktu yang berlalu tak dapat sedikitpun membuat kami jemu. Selalu ada kata cinta dan rindu yang sama setiap harinya dengan rasa dan jumlah yang selalu berbeda. Itu yang kami rasa. Begitu jugakah yang terjadi denganmu?! ah, bukan, harusnya aku bertanya, begitu jugakah yang terjadi dengan kalian?! bila tidak, mungkin kau akan cemburu.

Baiklah, seperti itu saja suratku. Sedikit, tapi kupikir dapat menjelaskan bagaimana keadaanku saat ini dan kau tak perlu bertanya-tanya dan penasaran akan keadaanku, aku baik-baik saja,

Aku sungguh sangat bahagia.


Dari aku. Ah bukan, kami.




NB:
Kuharap kini surat ini jauh lebih indah bagimu dibanding surat yang kukirim padamu sebelumnya, yang hanya kutuliskan salam pembuka, salam penutup, dan sedikit catatan agar kau menuliskan isi suratnya dan menganggapnya aku sendiri yang menuliskannya.

Satu lagi, entah mengapa tapi aku ingin menuliskan ini juga, di sini saat ini sedang turun hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar