Selasa, 21 Desember 2010

21 Desember 2010

Kekasihku yang tak henti kurindukan dalam hari-hariku,


Hari ini, aku membayangkan sedang berada di sisi sebuah pantai, melukis sesuatu. Kau, tentu saja akan selalu ada di dalam lukisanku.

Kulukis ombak yang seperti dirimu, yang berulangkali mendebur kencang mendebar hatiku yang seperti karang; berlubang-lubang, yang mungkin hanya cukup indah untuk dilihat oleh seekor ikan yang berenang senang dalam bening air matanya sendiri pada sebuah akuarium, ikan langka yang pernah ditemukan seorang penyair dan disimpan indah dalam salah satu sajaknya.

Lalu kulukis pasir pantai yang seperti bayangmu, yang selalu bisa mendesir lembut mendesar perlahan penatku yang seperti sunyi; sepi sendiri, yang mungkin hanya cukup ramai untuk dirasakan oleh seekor serigala pertama di dunia bermata buta, yang sedikitpun tak dapat melihat keberadaan bulan purnama.

Kulukis senja langit jingga yang seperti pergimu, yang meninggalkan seluruh menanggalkan asaku yang seperti siang; dapatkah kau bayangkan, siang yang tak lagi diinginkan cahaya matahari.

Kulukis burung camar yang seperti hadirmu, yang menghapushilangkan cemas, gundah, sesak penantianku yang seperti sarang camar dan bayinya; bagai merasa dunia kembali berudara dan aku kembali dapat menghirupnya.

Kulukis semua yang kulihat, yang dirimu. Kulukis dirimu, semua yang kulihat.


Hari ini, seperti juga hari-hariku lainnya, aku sungguh merindukanmu,
Kekasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar