Kamis, 09 Desember 2010

9 Desember 2010

Kekasihku yang aku tak ingin menjadi orang lain bersamanya,


Seringkali aku memperhatikan banyak semut hitam yang bagiku terlihat sama saja dalam setiap beda yang mungkin dirasakan masing-masing mereka.

Terkadang kubayangkan, sebelumnya setiap semut memiliki warna tersendiri dan berbeda pada masing-masing tubuhnya, tak ada yang terlihat sama. Namun mungkin entah mengapa harus ada sebagian semut yang bertugas menyamakan perbedaan-perbedaan itu, mewarnainya dengan warna hitam yang sama agar mereka semua tetap disebut sebagai semut. Atau entah mungkin masing-masing semutlah yang mewarnai dirinya sendiri dengan warna sama karena ingin tetap disebut sebagai semut. Aneh bagiku, tapi mengapa merasa perlu disebut semut bila yakin dirinya sendiri seekor semut?!

Lalu kuperhatikan semut-semut itu bicara seperti biasanya banyak semut lainnya bicara, bersalaman di perjalanan tiap kali bertemu sesamanya seperti biasanya banyak semut lainnya melakukannya, berkumpul pada tumpahan kopi manis seperti biasanya banyak semut lainnya mengerubunginya, dan banyak hal lain yang biasanya banyak semut lainnya mengerjakannya. Entah, apa mereka juga melakukannya agar tetap disebut semut?! mengapa merasa perlu disebut semut bila yakin dirinya sendiri seekor semut?! takut tak dianggap semut?!


Ah, tapi mengapa aku harus memikirkan semut?! apapun aku, aku tau aku tak terlalu bodoh untuk membedakan antara semut dan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar